Start Over Again vol.1: scarce

this reminiscence memories brought me here. Hope you’d forgive me.

~

Kembali ke titik awal saat Adji memulai blog ini, awalnya blog ini bertujuan untuk menjadi tempat sharing Adji atas beberapa pengalaman yang Adji peroleh, khususnya saat SMA yang tidak sempat tersampaikan.

Lambat laun, berubah menjadi salah satu bentuk keluh kesah atas beberapa kisah yang Adji alamii selama masa kuliah.

Bermulai dari titik dimana tidak ada yang tahu seorang Adji, dunia perkuliahan yang lebih majemuk, membuat sulit sekali saat itu mengubah pandangan sebelah mata dari kampus sendiri.

lalu/ sekolah~

Depresi dan kecewa, tentu namun hanya sedikit. Karena Adji yang saat itu, bukanlah Adji yang haus akan kemenangan ataupun ketenaran. There’s something missing that I thought its more important rather than achievement.  Sejak Adji bersekolah, Adji sangat ambisius dan mengindahkan petuah orang tua yang salah satunya “Carilah teman berhargamu selama masih muda, nak”

Persaingan untuk memperebutkan “bangku kuliah” layaknya perang dan stigma “kuliah itu mahal bagi yang tidak berprestasi” menjadi “ketakutan” yang membuat Adji menghiraukan indahnya masa SMA.

You’ll never know how important someone until you’ve lost them.

That time, I missed not only one, its uncountable.

Tidak masalah jika tak  ada yang memperhatikan Adji saat itu, namun kenyataannya terbalik. Banyak kebaikan yang dapat diterima, namun Adji menolak dengan tetap menutup diri dalam tekanan belajar itu sendiri.  

Adji berada posisi yang tidak dapat sepenuhnya menyesali yang terjadi saat itu,  nyatanya ketekunan itu menghasilkan hal yang tidak dapat ditorehkan kebanyakan anak sma di Indonesia saat itu(baca blog awal-awal Adji, tapi tidak sepenuhnya pula cerita tersebut terekam di blog ini).

Namun, hal yang ditorehkan tersebut ternyata tidak dapat membayar kembali apa yang seharusnya Adji dapat. Sahabat, teman masa kecil, sahabat sekolah sejak sd/ smp perlahan sudah mulai berjalan mencari jalannya sendiri, akhirnya Adji tersadar kalau saat itu Adji melangkah mempersiapkan masa depan terlalu cepat dibandingkan sekeliling Adji.

I’m totally feel doomed, what can I do know?

lalu/ tingkat 1~

Akhirnya Adji memulai tingkat 1 kuliah dengan versi berbeda, dan Adji yakini kebanyakan mahasiswa tingkat 1 di Indonesia juga melakukan hal yang sejenis Adji(Namun tiap orang memiliki masa lalu yang berbeda, jadi tidak 100% sama).

Menjadi lebih peka terhadap keadaan sekeliling, ringan tangan, lebih “cerah” dan mencalonkan diri sebagai pengurus kelas adalah beberapa hal yang Adji pikir akan membuat secercah perubahan. Itupun benar, sedikit demi sedikit Adji menemukan teman seperjuangan perkuliahan, perlahan banyak waktu kami habiskan bersama baik di kelas ataupun di luar.

Kebaikan dari teman-teman tersebut membuat perlahan mengobati, perlahan waktu yang sempat terhenti mulai bergerak. Adji mulai kembali optimis untuk mengembangkan diri dengan lebih berhati-hati agar kejadian saat SMA tak terulang, dan itulah yang membuat masa tingkat 2 dan 3 saat ini penuh dengan momen penuh arti.

putus asa menjadi asa, asa menjadi pijakan, pijakan mengantakan diri ke momen yang sempat hilang.

Namun, sejujurnya diri masih percaya momen yang hilang selamanya akan membekas menjadi luka.

Tinggalkan komentar